Jumat, 20 April 2012

DOSA


Ketika insan menyatu
Dari colongan mata pertama
Bibir tertempel
Dulu enggan dilaksanakan

LARA


Ingin,
Ingin rasanya ku mati
Menahan dalam hati
Hati busuk dirubung ngengat

Si Mancung


Mata melotot
Mulut menganga
Terpaku terpana
Melihat senyummu
Anak orang kampung seberang

MENDUNG


Rintikan hujan
Menghujam awak
Dikala hati gundah
Gundah
Gelisah

BUMI

Bumi ku nan asri
Bumi ku nan makmur
Bumiku nan tenteram
Bumi ku tempat hidup

Rabu, 18 April 2012

Surat Misterius

Cerpan


Kriiiiing.... kriiiiing...kriiiiing!!!
            Bel tanda bunyi masuk ke sekolah berbunyi. Semua siswa berlarian karena takut terlambat masuk ke kelas. Begitu juga denganku, aku tidak mau dihukum membersihkan seluruh kamar mandi di sekolahan. Dan hari ini juga hari pertama masuk sekolah setelah liburan semester pertama di sekolahanku.
            Semua siswa masuk ke kelas. Aku duduk paling depan karena aku ingin konsentrasi dalam menerima pelajaran. Tak lama kemudian, Ibu Guru datang dengan membawa seorang murid baru. Dia seorang murid pindahan dari Surabaya namanya Irvan. Badanya tinggi besar, kulitnya sawo matang, dan dia juga tampan. Semua temanku terpesona melihat ketampanannya. Tetapi aku tidak, aku biasa cuek melihat orang tampan sampai-sampai teman-temanku mengataiku orang aneh.
            Dua bulan sudah berlalu. Berita kehebohan tentang ketampanan Irvan sudah tersebar dimana-mana. Setiap gadis di sekolahan membicarakannya. Aku heran kenapa mereka selalu mengharapkan Irvan memilih satu di antara mereka? Padahal Irvan hanya bersikap cuek-cuek saja kepada mereka. Aku sampai kasihan kepada mereka semua.

Salah Siapa?

Teks Drama

Tokoh :
1. Rani
2. Willy  
3. Sabrina
4. Hafid
5. Aryan
6. Ibu
7. Ayah 


Adegan pertama     

         Ketika kau bercinta, ketika itulah kau siap mendapat dosa. Ketika    kau  bercumbu, ketika itulah kau bermaksiat. Ketika kau dan pasanganmu berbuat zina, ketika itulah   kau siap memomong anak. Ketika kau mempunyai anak, ketika itulah kau dan suamimu menjadi ayah dan ibu. Ketika anakmu mulai merangkak dan kemudian berjalan, ketika itulah kau sibuk menjaganya. Menjaga supaya dia tidak jatuh, terluka, bahkan patah hati. Kau didik anakmu, supaya anakmu tidakberbuat kesalahan yang sama seperti kedua orang tuanya yaitu, kawin muda.
       Sepulang sekolah Rani, Sabrina, Hafid, dan Aryan pergi ke warung belakang sekolah mereka. Mereka ingin melepas lelah mereka dengan meminum es Degan langganan mereka. 
Sesampainya di warung, Aryan memesan es.
Aryan : “Bu, es Degan 4 gelas.” (sambil duduk merapat bersama teman-temannya)
Penjual :”Iya, Dik.”(sambil mengusap peluhnya yang sudah menganak sungai) Beberapa menit kemudian. 
Penjual :”Ini, Dik es Degannya. Silahkan diminum”(tersenyum lebar)
Ratna   :”Terima kasih, Bu.”(menggeser gelas ke arah Sabrina)
Sabrina:”Huh, hari ini panas sekali. Pekerjaan sekolah menumpuk. Aku bisa jadi gila dibuatnya.”(mengacak-acak rambutnya yang lepek itu)
Hafid : (menepuk pundak Sabrina) “Tenang, kan ada Rani. Kita bisa menyelesaikan tugas sekolah kita dengan mudah. Ha ha ha.”
Rani :”Ah, kau ini bicara apa sih, Hafid?”(wajahnya memerah karena malu)
Aryan  :”Rani, bagi-bagi ilmunya, donk. Biar kita bisa pintar seperti kamu.”
Sabrina:”Hey, itu sih bawaan dia dari bayi. Maklum Rani kan anak Pak dokter dan Bu bidan.”
Rani :”Ah, tidak juga. Yang penting kita belajar yang tekun. Dan jangan ragu untuk bertanya ketika kita mendapat kesulitan dalam mengerjakan soal.”
Hafid :”Sudah-sudah. Yang penting hari Minggu kita pergi ke rumah Rani. Kita belajar kelompok di rumah Rani. Kamu tidak keberatan mengajari kami kan, Rani?”
Rani :”Tentu saja tidak. Kalian boleh ke rumahku kapan saja. Kalian besok ajak Willy , ya? Aku rindu dengannya.”
Sabrina :”Kamu benar-benar jadian dengan Willy? Dia bukan anak baik-baik, Ran. Kamu tahu sendiri bukan?”
Rani : (menepuk bahu Sabrina) “Sudah, tenang saja. Aku pasti baik-baik saja;”